Labels

Arabisasi

مِرْأَةٌ هي إسم الآلة من "أَرَى-يُرِى"
مَرْأَةٌ هي إسم المكان من "أَرَى-يُرِى". إذًا مَنْ يرى ؟ الرجل. ☺☺
 من لفظ "عَامٌ"“Om”
   من لفظ "سُكَّرٌ"“Saka”
  من لفظ "زاوية" “Dayah”
 وهي إسم بوّابة أنشئها سونن شارف هداية الله.“Ampunan” أصله "غَفُوْرٌ"  “Gapura”


أصله "مَنْ نَسِيَ" إذًا فلا أعجبنا انّ الناسَ منسي "Manusia"
☺☺    

Aku Kagum

AKU KAGUM

Entah kenapa malam ini terasa sangat panjang
Seakan mata menahan diri untuk dipejam
Kekagumanku seperti menyihir pikiran dan hatiku
Sampai-sampai membuat diriku lupa akan berjalannya waktu
Oh.. sungguh luar biasa
Aku heran kenapa bisa seperti ini
Walaupun ini bukan pertama kalinya aku merasakan demikian
Tapi ku yakin yang sekarang ini sangat berbeda
Rasa yang tak tau bagaimana untuk diartikan dengan kata-kata
Haruskah..
Haruskah aku..
Ya Allah.. bimbinglah hamba ke jalan yang benar
Jangan Engkau biarkan hamba terjerumus dalam kehinaan
Jika memang iya, pertemukanlah dalam ikatan suci yang engkau ridhai
Sungguh Engkau Yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Mu
ربي لا تذرني فردا وأنت خير الوارثين


Mari Bangun Aceh

MERUPAKAN kekuatan dan sumber daya yang sangat besar bahwa Aceh memiliki luas daerah 57.956 Km persegi, dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa yang mendiami wilayah 23 kabupaten/kota, dan memiliki sumber daya alam yang sangat luas. Secara geografis letaknya sangat strategis, dapat dengan mudah berhubungan lintas negara, terutama negara-negara Asia Tenggara dan belahan benua Asia lainnya.
Menjadi pertanyaan dan tantangan besar bagi kita semua adalah bagaimana menata, membangun, menyusun program secara komprehensif, integratif, sinkron dan berkelanjutan untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki tersebut? Sehingga dapat dilakukan percepatan dan pemerataan pembangunan pada ke-23 kabupaten/kota dengan tujuan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dapat segera dinikmati dan dirasakan oleh seluruh penduduk yang berada di Aceh.
 Perlu kerja keras
Diperlukan kearifan, kecekatan, dan kerja keras dari berbagai pihak dan lintas sektoral, mulai eksekutif pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, legislatif DPR RI-DPRA-DPRK, yudikatif, TNI/Polri, alim/ulama, tokoh politik/tokoh partai, akademisi, profesi, tokoh masyarakat, pemuda, pengusaha, mass media, LSM, dan seluruh komponen masyarakat untuk bersatu padu, berniat bersama, bekerja sama untuk satu tujuan membangun Aceh dalam kerangka rumah Indonesia dengan prinsip-prinsip profesionalitas dan azas universalitas.

Azas universalitas bermakna tidak melihat asal-usul, status sosial, pendidikan, latar belakang, suku, ras dan agama. Jauhkan dan hindari manajemen primordialisme daerah. Apalagi, hanya mementingkan peran dan kepentingan suatu kabupaten/kota. Pembanguan yang dilaksanakan harus bersifat “tanpa batas, tanpa sekat, tanpa dinding pemisah” di antara 23 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh.
Seluruh rakyat Aceh hendaknya benar-benar merasakan, menjalani, menikmati, mendapat perlakukan yang sama seperti sebuah keluarga besar dalam sebuah rumah tangga besar dan luas, rukun, damai, sama-sama sejahtera dan tenteram. Perbedaan pendapat dalam sebuah rumah tangga besar ini harus disikapi sebagai sebuah proses demokrasi yang utuh dan konstruktif. Perbedaan pendapat harus didengar, dimusyawarahkan dan diselesaikan secara bijaksana dan adil.
Jika pembangunan kesejahteraan rakyat dapat dilaksanakan secara cepat, merata dan menyeluruh bagi seluruh kabupaten/kota di Aceh, maka diharapkan tidak ada lagi niat, tuntutan masyarakat dari berbagai kabupaten/kota untuk mendirikan dan melahirkan rumah tangga besar lainnya di Aceh. Rakyat perlu diberi pemahaman secara menyeluruh, betapa pentingnya memelihara keutuhan Provinsi Aceh yang telah berdiri tegak, tegar dan terus berkembang sebagai satu daerah, sebuah provinsi perjuangan dari negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Inisiasi percepatan, pemerataan dan fokus pembangunan dan pengembangan berbagai wilayah di Aceh harus lebih segera dilaksanakan untuk peningkatan kebutuhan pelayanan untuk kesejahteraan rakyat. Komunikasi yang fleksibel dan elegan harus terus menerus dibina dan dirajut secara erat dan sempurna dengan pemerintah pusat, pemerintah Jakarta.
Kerja sama Nasional, regional dan Internasional harus dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan pengembangan dan pembangunan. Kepercayaan investor lokal, nasional dan luar negeri untuk dapat melakukan investasi perlu diyakinkan dengan berbagai kemudahan yang disesuaikan dengan tatanan kepentingan kehidupan masyarakat secara luas.
 Pembangunan SDM
Percepatan dan pemerataan pembangunan, peningkatan dan pengembangan kwalitas dan kwantitas sumber daya manusia (SDM) dari berbagai disipiln ilmu, profesi dan keahlian pada 23 kabuten/kota harus menjadi salah satu program yang harus ditata ulang, dikembangkan dan harus menjadi skala prioritas. Tantangan dan keluhan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat karena kualitas dan jumlah SDM Aceh yang masih kurang, tidak sinergisnya dan rendahnya manajerial dalam penempatan SDM yang sesuai dan profesional, belum terjadinya percepatan pemerataan dan pengembangan SDM yang dibutuhkan yang sesuai untuk kebutuhan rakyat pada setiap kabupaten/kota.

Beberapa keluhan yang sangat dirasakan masyarakat dalam kehidupanan kesehariannya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan merupakan problem utama yang sangat krusial. Angka penganguran dan kemiskinan yang terus meningkat, kemakmuran belum dapat dirasakan masyarakat secara adil dan merata. Penciptaan dan penyediaan lapangan pekerjaan harus segera dijalankan dan disediakan yang disejajarkan dengan peningkatan pembangunan dan pengembangan SDM.
Status kesehatan masyarakat masih sangat merisaukan. Status kesehatan rakyat Aceh berada jauh di bawah bila dibandingkan dengan status kesehatan masyarakat provinsi lainnya di Indonesia. Angka kematian ibu hamil, kematian bayi dan gizi buruk masih sangat tinggi. Terjadi peningkatan penyakit infeksi termasuk HIV/AIDS, tuberculosis (tbc) paru, dan demam berdarah. Beberapa penyakit karena kesalahan pola hidup dan makanan terus meningkat seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, stroke dan penyakit jantung. Pelayanan pada pusat pelayanan primer (puskesmas) dan rumah sakit belum menunjukkan kualitas perbaikan yang signifikan walaupun dana yang telah diluncurkan melalui jaminan kesehatan Aceh atau jaminan kesehatan rakyat Aceh begitu besar sejak 2010.
Keterpurukan indeks skala dan mutu pendidikan dan sumber daya manusia pada level Nasional untuk Aceh harus diakui dan dikoreksi secara menyeluruh. Peningkatan kwalitas, kwantitas dan kesejahteran SDM guru wajib diperbaiki sesegera mungkin. Pengembangan kurikulum dan pengembangan modul-modul unggulan lokal harus ditingkatkan. Penyediaan fasilitas pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dalam proses pendidikan yang berkualitas dengan norma-norma dan etika moral yang baik, santun dan berakhlak mulia, inovatif bagi generasi pelajar, pemuda, dan mahasiswa dari Aceh.
 Kerja untuk rakyat
Perjuangan, pikiran, komitmen, hati nurani yang sudah didengung-dengungkan dan diperjuangkan kesemuanya untuk kesejahteraan rakyat harus dibuktikan dengan kerja keras yang komprehensif, yang sinergis dan terukur sehingga setiap saat, setiap hari, setiap bulan, setiap tahun masyarakat dapat mengetahui dan merasakan bahwa telah terjadi perubahan dan perbaikan untuk meningkatkan kwalitas hidupnya, meningkatkan kwalitas kesejahteraannya.

Harus selalu dipahami, diingat, direnungkan, diprogramkan, dikembangkan, dimonitor dan dievaluasi bahwa Aceh mempunyai 23 kabupaten/kota. Pembangunan dan pengembangannya harus sama cepat, sama progresif, dan merata untuk berbagai sumber aspek kehidupan, peningkatkan pembangunan dan pengembangan wilayah kabupaten/kota tanpa dinding pemisah, peningkatan dan perluasan penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, sehingga harkat dan martabat serta kesejahteraan rakyat di Aceh dapat mencapai puncak perbaikan secara menyeluruh pada 2020. Semoga, insya Allah. Mari Bangun Aceh!
* Dr. dr. Syahrul, Sp.S-K, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Darussalam, Banda Aceh.

Sibuk dan Ambisi dalam Berkarier

SAUDARAKU, misalkan bagi kita yang lulus pendidikan Akademi Militer (Akmil), atau Akademi Kepolisian (Akpol), tidak perlu sibuk memikirkan atau berambisi pada karier. Nanti bakal ada yang pensiunnya sebatas mayor, letkolnya awet, atau sampai brigjen saja. Karena tidak mungkin semuanya jadi jenderal. Itu semua ada garisnya dari Allah SWT.


Orang yang mencapai pangkat jenderal, bukan karena ia hebat dan badannya berotot tegap atau gagah perkasa. Karena ada jenderal yang tidak sampai begitu. Contohnya Jenderal Sudirman. Sepengetahuan saya, mungkin beliau jenderal terkurus sepanjang sejarah Indonesia. Bahkan sebagian masa mengabdi beliau harus digotong karena mengidap sakit paru-paru.



Demikian pula bagi kita yang bekerja di kantor sebagai pegawai atau karyawan. Sungguh tidak perlu merintis karier dengan mencari muka maupun menjilat atasan. Juga bagi yang sedang menjabat, tidak usah pusing mempertahankan kedudukan.



Ingatlah bahwa mutasi bukan mutilasi. Jadi tidak perlu dipersoalkan, apalagi sampai kasak-kusuk membawa urusan karier pergi ke dukun. Kalau dukun yang dianggap sakti itu memang sakti, pasti dialah yang jadi jenderal atau menjabat pimpinan di kantor.



Saudaraku, teruslah bekerja dengan baik, bagus, dan amanah. Persoalan karier serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Pangkat, jabatan, dan kedudukan berada dalam kekuasaan-Nya. Dan suka-suka Allah memberikan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.



Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan. (QS. li Imrn [3]: 26-27).



Siapa pun yang dikehendaki Allah menjabat, menjadi jenderal, dan memegang kedudukan lainnya, pasti akan terjadi. Tidak ada seorang dan sesuatu pun yang mampu menjegal. Begitu sebaliknya, jika Allah SWT berkehendak mencabut atau mengambilnya kembali, pasti lepas, turun, dan lengser. Tanpa ada yang sanggup menghalangi sedikit pun.



Benar-benar terserah kehendak Allah. Siapa pun bisa diberi-Nya kedudukan, pangkat dan jabatan. Meski kurus dan sakit, ketika Allah memang berkehendak jadilah Jenderal Sudirman misalnya. Dan tidak harus orang baik, orang yang jahat dan zalim pun bisa memegang kedudukan dengan izin-Nya.



Tetapi orang yang zalim berkedudukan hanya sebatas mendapat izin Allah SWT. Tidak seperti orang yang baik dan menjadikan pangkat dan jabatanya untuk kebaikan, atau sebagai jalan mendekatkan diri kepada-Nya, yang bisa memperoleh keridhaan Allah.



Mungkin contohnya Jenderal Sudirman yang dikenang dengan akhlaknya yang baik. Karena tidak sedikit juga jenderal yang dikenang dengan keburukan maupun kezalimannya. Bukan pangkat dan jabatan yang mengangkat derajat seseorang, tapi kemuliaan akhlaknya yang akan tetap dikenang orang.



Oleh sebab itu, terus saja bekerja dengan bagus dan amanah. Jangan sibuk memikirkan karier, tapi sibuklah kepada Allah. Sebaiknya jangan berambisi pada karier, karena ambisi yang patut hanya pada keridhaan-Nya. Persoalan karier serahkan kepada pemilik dan penguasa seluruh kekuasaan dan rezeki, yaitu Allah SWT.



Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, Saya tidak peduli kelapangan dan kesempitan, karena keduanya baik. Dalam kesempitan bisa sabar, dan akan mendapat pahala kesabaran. Dalam kelapangan bisa bersyukur, itu juga menjadi kebaikan.



Apabila di depan kita terbuka sebuah kesempatan menerima suatu jabatan atau kedudukan, maka istikharahlah. Ya Allah, kalau saya memang bisa amanah dan semakin dekat kepada-Mu dengan jabatan ini, bermanfaat bagi orang banyak, maka kuatkanlah saya untuk menerimanya. Tapi kalau jabatan ini membuat saya jauh dari-Mu, dan berbuat zalim pada yang lain, maka saya mohon jangan Engkau berikan kepada saya, ya Allah.



Karena Dialah pencipta, pemilik, penggenggam, dan penguasa segala-galanya. Dia mengetahui kadar iman, kemampuan dan intelektual kita. Allah yang paling tahu segalanya tentang kita. Mampu atau tidaknya kita bertanggung jawab dan amanah dalam mengemban suatu pangkat, jabatan dan kedudukan. [*]